Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 5

Komentar: Bahasa dan Komunitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk berinteraksi. Sementara, menurut saya, komunitas merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari anggota-anggota masyarakat yang bersatu karena memiliki suatu kesamaan dengan satu sama lain.

Dalam konteks hidup bermasyarakat, bahasa dan komunitas memiliki hubungan yang sangat erat. Tanpa bahasa yang satu, sebuah komunitas tidak akan bisa terbentuk karena anggota masyarakat tidak dapat berkomunikasi dengan satu sama lain, sehingga merekapun tidak bisa menemukan persamaan diantara mereka. Bahkan apabila sebuah komunitas sudah didirikan, anggota masyarakat juga tidak akan mampu membina hubungan yang dinamis dan harmonis jika mereka tidak berbagi sebuah bahasa yang sama. Sementara itu, bahasa sendiri juga lama kelamaan akan punah semisal sebuah komunitas tidak menggunakannya secara seksama. Oleh karena ini, saya percaya bahwa meskipun bahasa dan komunitas dapat dilihat sebagai dua hal yang berbeda, mereka sangat berkesinambungan dengan satu sama lain.

Bahasa berganti wajah seiring dengan berkembangnya atau memburuknya komunitas dimana bahasa itu digunakan. Lihat saja perubahan dalam penggunaan bahasa asal DKI Jakarta, Bahasa Betawi, sebagai contoh. Karena banyaknya orang-orang luar kota dan asing yang berdatangan ke Jakarta, Bahasa Betawi yang kental sudah jarang dipakai dalam kehidupan keseharian di Jakarta. Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta sekarang umumnya menggunakan Bahasa Indonesia, atau bahkan Bahasa Inggris, untuk berinteraksi dengan orang lain. Meskipun begitu, istilah-istilah dari Bahasa Betawi seperti “saban” untuk “setiap,” “ngaso” untuk “istirahat” dan “ente” untuk “kau” masih kerap kali disisipkan oleh orang Jakarta ketika mereka berbahasa Indonesia. Alhasil, sekarang Bahasa Betawi lebih sering dicampurkan dengan Bahasa Indonesia daripada digunakan sebagai bahasa tersendiri. Dari contoh ini, kita dapat melihat bagaimana komposisi sosial suatu komunitas dapat berdampak terhadap penggunaan sebuah bahasa. Tidak semua dampak pergeseran komunitas terhadap bahasa bisa dianggap sebagai perkembangan; akan tetapi, setiap orang berhak memiliki pandangan tersendiri terhadap baik buruknya suatu perubahan bahasa.

Bukan hanya komposisi sebuah komunitas, cara berpikir masyarakat penutur suatu bahasa juga bisa menentukan identitas bahasa tersebut. Sebagai contoh, “galau” merupakan sebuah kata Bahasa Indonesia yang tidak dapat diterjemahkan menjadi suatu istilah tetap dalam Bahasa Inggris. Keberadaan kata “galau” dalam bahasa kita dapat mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih labil dibandingkan masyarakat Barat, sampai-sampai kita menemukan satu kata  khusus untuk mendiskripsikan kondisi ketika seseorang sedih, bingung dan marah sehingga tidak dapat mengambil keputusan.

Kesimpulannya, bahasa dan komunitas sangat berkaitan dengan satu sama lain, dan perubahan dalam sebuah komunitas serta mentalitas masyarakat penutur suatu bahasa merupakan dua dari banyak aspek komunitas yang mampu mengubah karakteristik sebuah bahasa. 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 5

Trending Articles